A. Konsep belajar, pembelajaran dan
mengajar
1. Makna belajar
Usaha pemahaman mengenai
makna belajar ini akan diawali dengan mengemukakan beberapa difenisi tentang
belajar. Ada beberapa difinisi tentang belajar. Dan beberapa difinisi tentang
belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Cronbach
memberikan defenisi : learning is show by a change in behavior as a result of experience(:belajar adalah pertunjukan
oleh perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman
b. Harold
Spears memberikan batasan: learning is shown by observe, to read,
to imitate, to try something themseleves, to listen , to follow
direction. (pembelajaran ditunjukkan dengan mengamati, membaca, meniru, mencoba
sesuatu diri mereka, mendengarkan, mengikuti arah.)
c. Geoch,
mengatakan : learning is a change in performance as a result of
practice. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam
performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan ( practice ).
Dari ketiga definisi di
atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca,mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu
akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi
tidak bersifat verbalistik.
Selanjutnya ada, yang
mendefinisikan: “ belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang dimaksudkan
belajar berarti usaha merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu
perubahan pada individu – individu yang belajar . perubahan tidak hanya
berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan,tetapi juga berbentuk kecakapan,
keterampilan , sikap, pengertian harga diri, minat , watak , penyesuaian diri.
Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian
kegiatan jiwa raga, pisko-fisik untuk menuju keperkembangan pribadi manusia
seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah
kognitif,afektif, dan psikomotor.
2. Pengertian Mengajar
Mengajar pada dasarnya
merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan
yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Kalau
belajar dikatakan milik siswa, maka mengajar sebagai kegiatan guru. Disamping
itu ada beberapa difinisi lain, yang dirumuskan secara rinci dan tampak
bertingkat.
Mengajar adalah
menyampaikan pengetahuan pada siswa. Menurut pengertian ini berarti tujuan belajar dari siswa itu hanya
sekedar ingin mendapatkan atau menguasai pengetahuan
B. Jenis-jenis Aktivitas Belajar
Paul B. Diedrich yang dikutip dalam Nanang hanafiah
dan Cucu suhana (2010:24) menyatakan, aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan
kelompok, yaitu sebagai berikut:
1. Kegiatan-kegiatan visual (visual activities),
yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi,
pameran dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities),
yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian
mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara
diskusi dan interupsi
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities),
yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi
kelompok, atau mendengarkan radio.
4. Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities),
yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy,
membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes serta mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities),
yaitu menggambar, membuat grafik, diagram, peta dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan motorik (motor activities),
yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model,
menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan mental (mental activities),
yaitu merenungkan mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor,
melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities),
yaitu minat, membedakan, berani, tenang, merasa bosan dan gugup.
Dengan adanya pembagian jenis
aktivitas di atas, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan
bervariasi. Jika kegiatan-kegiatan tersebut dapat tercipta di sekolah, pastilah
sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi
pusat aktivitas belajar yang maksimal.
C. Prinsip dan Tipe Gaya
Belajar
Setiap orang pasti mempunyai cara
atau gaya belajar yang berbeda-beda. Banyak gaya yang bisa dipilih untuk
belajar secara efektif.
1.
Belajar dengan
kata-kata
Gaya ini bisa kita mulai dengan
mengajak seorang teman yang senang bermain dengan bahasa, seperti bercerita dan
membaca serta menulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan karena isa membantu
kita mengingat nama, tempat, tanggal dan hal-hal lainnya dengan cara mendengar
kemudian menyebutkannya.
2.
Belajar dengan
pertanyaan
Bagi sebagian orang, belajar makin
efektif dan bermanfaat bila itu dilakukan dengan cara bermain dengan
pertanyaan. Misalnya, kita memancing keinginan tahuan dengan berbagai
pertanyaan. Setiap kali muncul jawaban, kejar dengan pertanyaan hingga
didapatkan hasil akhir atau kesimpulan.
3.
Belajar dengan gambar
Ada sebagian orang yang lebih suka
belajar dengan membuat gambar, merancang, melihat gambar, slide, video atau
film. Orang yang memiliki kegemaran ini, biasa memiliki kepekaan tertentu dalam
menangkap gambar ataupun warna, peka dalam membuat perubahan, merangkai dan
membaca kartu.
4.
Belajar dengan musik
Detak irama, nyanyian, dan mungkin
memainkan salah satu instrumen musik, atau selalu mendengarkan musik. Ada banyak
orang yang suka mengingat beragam informasi dengan cara mengingat notasi atau
melodi musik. Ini yang disebut sebagai ritme hidup. Mereka berusaha mendapatkan
informasi terbaru mengenai beragam hal dengan cara mengingat musik atau
notasinya yang kemudian bisa membuatnya mencari informasi yang berkaitan dengan
itu. Misalnya mendengarkan musik jazz, lalu tergelitik bagaimana lagu itu
dibuat, siapa yang membuat, diman, dan pada saat seperti apa lagu itu muncul. Informasi
yang mengiringi lagu itu, bisa saja tak sebatas cerita tentang musik, tapi juga
manusia, teknologi, dan situasi sosial politik pada kurun waktu tertentu.
5.
Belajar dengan gerak
Gerak manusia, menyentuh sambil
berbicara dan menggunakan tubuh untuk mengekspresikan gagasan adalah salah satu
cara belajar yang menyenangkan. Mereka yang biasanya mudah memahami atau
menyerap informasi dengan cara ini adalah kalangan penari, olahragawan. Jadi jika
anda termasuk kelompok yang aktif, tak salah mencoba belajar sambil tetap
melakukaj beragam aktifitas menyenangkan seperti menari atau berolahraga.
6.
Belajar dengan bersosialisasi
Bergabung dan membaur dengan orang
lain adalah cara terbaik mendapat informasi dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul,
kita bisa menyerap berbagai informasi terbaru secara cepat dan mudah
memahaminya. Dan biasanya, informasi yang didapat dengan cara ini, akan lebih
lama terekan dalam ingatan.
7.
Belajar dengan
kesendirian
Ada sebagian orang yang gemar
melakukan segala sesuatunya, termasuk belajar dengan menyepi. Untuk mereka yang
seperti ini, biasanya suka tempat yang tenang dan ruang yang terjaga
privasinya. Jika anda termasuk yang seperti ini, maka memiliki kamar pribadi
akan sangat membantu anda bisa belajar secara mendiri.
D. Komponen Pembelajaran
Di dalam pembelajaran, terdapat
komponen-komponen yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu :
1. Kurikulum
Secara etimologis,
kurikulum ( curriculum ) berasal dari bahasa Yunani, curir yang artinya “pelari”
dan curere yang
berarti “tempat berpacu”. yaitu suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari
dari garis start sampai garis finish. Secara terminologis, istilah kurikulum
mengandung arti sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh
atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah. Pengertian
kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi dan
kegiatan-kegiatan belajar siswa saja, tetapi juga segala sesuatu yang
berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan
yang diharapkan. Misalnya fasilitas kampus, lingkungan yang aman, suasana
keakraban dalam proses belajar mengajar, media dan sumber-sumber belajar yang
memadai.
Kurikulum sebagai
rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh
aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam
pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan
kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.
2. Guru
Kata Guru berasal dari bahasa Sansekerta “guru” yang juga berarti guru, tetapi arti harfiahnya
adalah “berat” yaitu seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru
umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju,
guru memegang peranan penting. Guru merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk
utama calon warga masyarakat. Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai
pengajar (penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing,
pengembang, dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi
kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Siswa
Siswa atau Murid biasanya digunakan untuk
seseorang yang mengikuti suatu program pendidikan di sekolah atau lembaga
pendidikan lainnya, di bawah bimbingan seorang atau beberapa guru. Dalam
konteks keagamaan murid digunakan sebagai sebutan bagi seseorang yang mengikuti
bimbingan seorang tokoh bijaksana. Meskipun demikian, siswa jangan selalu
dianggap sebagai objek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar
belakang, minat, dan kebutuhan serta kemampuan yang berbeda. Bagi siswa, sebagai
dampak pengiring (nurturent effect) berupa terapan pengetahuan dan atau
kemampuan di bidang lain sebagai suatu transfer belajar yang akan membantu
perkembangan mereka mencapai keutuhan dan kemandirian.
4. Metode
Metode pembelajaran adalah cara yang dapat
dilakukan untuk membantu proses belajar-mengajar agar berjalan dengan baik,
metode-metode tersebut antara lain :
a. Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi
dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti
secara pasif.
b. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu metode dimana guru menggunakan atau memberi
pertanyaan kepada murid dan murid menjawab, atau sebaliknya murid bertanya pada
guru dan guru menjawab pertanyaan murid itu .
c. Metode Diskusi
Metode diskusi dapat diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan ajar yang
melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan
suatu topik bahasan yang bersifat problematis.
d. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang,
kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung
maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan
atau materi yang sedang disajikan.
e. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode atau cara di mana guru dan murid
bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui
pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi.
5. Materi
Materi juga merupakan
salah satu faktor penentu keterlibatan siswa. Adapun karakteristik dari materi
yang bagus menurut Hutchinson dan Waters adalah:
- Adanya
teks yang menarik.
- Adanya
kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi kemampuan
berpikir siswa.
- Memberi
kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah
mereka miliki.
- Materi
yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru.
Dalam kegiatan belajar, materi harus
didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan dengan
memperhatikan komponen-komponen yang lain, terutama komponen anak didik yang
merupakan sentral. Pemilihan materi harus benar-benar dapat memberikan
kecakapan dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
6. Alat Pembelajaran (Media)
Kata media berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar. Jadi media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima pesan. Media pembelajaran adalah perangkat lunak (soft ware)
atau perangkat keras (hard ware) yang berfungsi sebagai alat belajar atau alat
bantu belajar.
7. Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa
Inggris yaitu “Evaluation”. Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu hal. Ada pendapat
lain yang mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data
seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa,
guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan
mengembangkan kemampuan belajar.
E. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi
Pelaksanaan
pembelajaran merupakan hasil integrasi dari beberapa komponen yang memiliki
fungsi tersendiri dengan maksud agar ketercapaian tujuan pembelajaran dapat
terpenuhi. Ciri utama dari kegiatan pembelajaran adalah adanya interaksi.
Interaksi yang terjadi antara peserta didik dengan lingkungan belajarnya, baik
itu dengan guru, teman-temannya, alat, media pembelajaran dan atau
sumber-sumber belajar yang lain. Sedangkan ciri-ciri lain dari pembelajaran ini
berkaitan dengan komponen-komponen pembelajaran itu sendiri seperti tujuan,
bahan/materi, strategi, media dan evaluasi pembelajaran.
Dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang demikian pesat membawa perubahan pada
bergesernya peranan guru sebagai penyampai pesan atau materi pelajaran. Guru
tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar dalam kegiatan
pembelajaran. Peserta didik dapat memperoleh informasi dari berbagai media dan
sumber belajar seperti dari majalah, modul, siaran radio pembelajaran, televisi
edukasi, dan media komputer atau yang lebih dikenal dengan pembelajaran
berbasis komputer (PBK). PBK ini bisa digunakan dengan model drill, tutorial,
simulasi maupun games instruction dan internet untuk mencari bahan pelajaran
atau menggunakannya sebagai sistem pembelajaran seperti pembelajaran berbasis
komputer atau e-learning.
Teknologi
Informasi dan Komunikasi terdiri dari dua aspek, yaitu: teknologi informasi dan
teknologi komunikasi. Masing-masing dari aspek tersebut memiliki pengertian
yang berbeda. Pusat kurikulum Diknas, memiliki definisi teknologi informasi
sebagai berikut: segala hal yang berkaitan dengan proses penggunaan sebagai
alat bantu, manipulasi dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi
komunikasi adalah: segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu,
untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke perangkat
lainnya. Penggabungan dari dua aspek di atas menyimpulkan bahwa teknologi
informasi dan komunikasi adalah: suatu padanan yang tidak terpisahkan, yang
mengandung pengertian luas, yaitu tentang segala kegiatan yang terkait dengan
pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi antar
media.
Penggunaan komputer
dalam pembelajaran memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran secara
individual (individual learning) dengan menumbuhkan kemandirian dalam proses
belajar, sehingga peserta didik akan mengalami proses yang jauh lebih bermakna
dibandingkan pembelajaran konvensional. Adapun manfaat komputer untuk tujuan
pendidikan adalah:
1.
Komputer
dapat mengakomodasi peserta didik yang lamban menerima pelajaran karena ia
dapat memberikan iklim yang lebih bersifat afektif dengan cara yang lebih
individual, tidak pernah lupa, tidak pernah bosan, sangat sabar dalam
menjalankan instruksi seperti yang diinginkan program yang digunakan.
2.
Komputer
dapat merangsang peserta didik untuk mengerjakan latihan, melakukan kegiatan
laboratorium atau simulasi karena tersedianya animasi grafis, warna, dan musik
yang dapat menambah realisme.
3.
Kendali
di tangan siswa sehingga tingkat kecepatan belajar siswa dapat disesuaikan
dengan tingkat penguasaannya.
4.
Kemampuan
merekam aktivitas siswa selama menggunakan program pembelajaran, memberi
kesempatan lebih baik untuk pembelajaran secara perorangan dan perkembangan
setiap siswa selalu dapat dipantau.
5.
Dapat
berhubungan dengan, dan mengendalikan peralatan lain seperti CD interaktif, dan
lain-lain dengan program pengendali dan komputer.
Peranan komputer
sebagai media pembelajaran adalah menjadi sumber utama (major resource) dalam
mengimplementasikan program pembelajaran di sekolah. Melalui komputer, peserta
didik dapat menjalankan aplikasi program yang didukung juga dengan fasilitas
penunjang seperti internet.
Internet (interconected
computer network) merupakan perpustakaan raksasa dunia yang didalamnya
terdapat miliaran informasi atau data yang dapat berupa teks, grafik, audio,
animasi dan digital konten lainnya. Dari segi komunikasi, internet merupakan
sarana yang sangat efektif dan efisien dalam melakukan pertukaran informasi
jarak jauh. Kelebihan internet dalam akses global itulah yang menjadikannya
memiliki peranan tersendiri karena dapat menfasilitasi beragam sumber belajar
yang dibutuhkan peserta didik.
Integrasi TIK dalam Pembelajaran
Bandingkan dua kalimat berikut! ”Learning to Use
ICTs vs Using ICTs to Learn”. Secara sederhana,
mengintegrasikan TIK ke dalam proses pembelajaran sama maknanya dengan
menggunakan TIK untuk belajar (using ICTs to learn) sebagai lawan dari
belajar menggunakan TIK (learning to use ICTs). Belajar menggunakan TIK
mengandung makna bahwa TIK masih dijadikan sebagai obyek belajar atau mata
pelajaran.
Sebenarnya, UNESCO mengklasifikasikan tahap penggunaan
TIK dalam pembelajaran ke dalam empat tahap sebagai berikut: 1) Tahap emerging,
baru menyadari akan pentingnya TIK untuk pembelajaran dan belum berupaya untuk
menerapkannya, 2) Tahap applying, satu langkah lebih maju
dimana TIK telah dijadikan sebagai obyek untuk dipelajari (mata pelajaran), 3)
Tahapintegrating, TIK telah diintegrasikan ke dalam kurikulum
(pembelajaran), 4) Tahap transformingmerupakan tahap yang paling
ideal dimana TIK telah menjadi katalis bagi perubahan/evolusi pendidikan. TIK
diaplikasikan secara penuh baik untuk proses pembelajaran (instructional purpose)
maupun untuk administrasi (administrational purpose).
Apa yang terjadi dalam praktek pembelajaran di
negara-negara berkembang, termasukIndonesia, TIK masih dijadikan sebagai obyek
atau mata pelajaran. Sebagian besar, TIK masih dijadikan sebagai obyek belajar
atau mata pelajaran di sekolah-sekolah. Bahkan di tingkat perpendidikan tinggi
atau akademi, banyak dibuka program studi yang berkaitan dengan TIK, seperti
teknik informatika, manajemen informatika, teknik komputer, dan lain-lain.
Fryer (2001) mengatakan
bahwa penggunaan TIK dalam pembelajaran bertujuan untuk melatih keterampilan
menggunakan TIK dengan cara mengintegrasikannya ke dalam aktifitas
pembelajaran, bukan mengajarkan TIK tersebut sebagai mata pelajaran yang
terpisah. Jadi, sudah saatnya TIK diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran
dan bukan hanya sekedar menjadi mata pelajaran yang terpisah.
Dengan mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia untuk
siap memasuki era masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society).
Tahun 2020 Indonesia akan memasuki era perdagangan bebas (AFTA). Pada
masa itu, masyarakat Indonesia harus memilikiICT literacy yang
mumpuni dan kemampuan menggunakannya untuk meningkatkan produktifitas (knowledge-based
society). Pengintegrasian TIK ke dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan ICT literacy, membangun karakteristik masyarakat
berbasis pengetahuan (knowledge-based society) pada diri peserta didik,
di samping dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran itu
sendiri.
UNESCO (2002) menyatakan bahwa pengintegrasian TIK ke
dalam proses pembelajaran memiliki tiga tujuan utama: 1) Untuk membangun ”knowledge-based
society habits” seperti kemampuan memecahkan masalah (problem
solving), kemampuan berkomunikasi, kemampuan mencari, mengoleh/mengelola
informasi, mengubahnya menjadi pengetahuan baru dan mengkomunikasikannya kepada
orang lain; 2) Untuk mengembangkan keterampilan menggunakan TIK (ICT
literacy); dan 3) Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses
pembelajaran.
Dari sisi pendekatan, Fryer (2001) menyarankan dua
pendekatan yang dapat dilakukan pendidik ketika merencanakan pembelajaran yang
mengintegrasikan TIK, yaitu: 1) pendekatan topik (theme-centered approach);
dan 2) pendekatan software (software-centered approach).
1. Pendekatan Topik (Theme-Centered
Approach); Pada pendekatan ini, topik atau satuan pembelajaran dijadikan
sebagai acuan. Secara sederhana langkah yang dilakukan adalah: 1) menentukan
topik; 2) menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; dan 3) menentukan
aktifitas pembelajaran dan software (seperti modul. LKS, program audio,
VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, dll) yang relevan untuk
mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Rencana pembelajaran yang dicontohkan di
atas merupakan salah satu contoh penggunaan pendekatan ini.
2. Pendekatan Software (Software-centered
Approach); menganut
langkah yang sebaliknya. Langkah pertama dimulai dengan mengidentifikasi
software (seperti bku, modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan
belajar on-line di internet, dll) yang ada atau dimiliki terlebih dahulu.
Kemudian menyesuaikan dengan topik dan tujuan pembelajaran yang relevan dengan
software yang ada tersebut. Sebagai contoh, karena di sekolah hanya ada
beberapa VCD atau mungkin CD-ROM tertentu yang relevan untuk suatu topik
tertentu, maka pendidik merencanakan pengintegrasian software tersebut untuk
mengajar hanya topik tertentu tersebut. Topik yang lainnya terpaksa
dilaksanakan dengan cara konvensional. Sedangkan dari sisi strategi
pembelajaran, ada beberapa pendekatan yang disarankan untuk membangun
keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik, diantaranya adalah: 1) Resource-based
learning; 2) Case-based learning; 3) Problem-based learning;
4) Simulation-based learning; dan 5) Collaborative-based
learning (http://www.
microlessons. com).
a) Resources-based learning memiliki karakteristik dimana peserta didik
diberikan/disediakan berbagai ragam dan jenis bahan belajar baik cetak (buku,
modul, LKS, dll) maupun non cetak (CD/DVD, CD-ROM, bahan belajar online) atau
sumber belajar lain (orang, alat, dll) yang relevan untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudain peserta didik diberikan tugas untuk
melakukan aktifitas belajar tertentu dimana semua sumber belajar yang mereka
butuhkan telah disediakan. Sebagai contoh, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
adalah peserta didik dapat membandingkan beberapa teori penciptaan alam
semesta. Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut, pendidik telah
mengidentifikasi dan menyiapkan berbagai bentuk dan jenis sumber belajar yang
berisi informasi tentang teori penciptaan alam semesta berupa buku, VCD,
CD-ROM, alamat situs di internet dan mungkin seorang narasumber ahli astronomi
yang diundang khusus ke kelas. Kemudian peserta didik ditugaskan untuk mencari
minimal dua teori tentang penciptaan alam semesta secara individu atau kelompok
baik dari buku, VCD, maupun internet sesuai dengan seleranya. Peserta didik
juga diminta untuk menganalisis perbedaan dari berbagai segi tentang
teori-teori tersebut dan membuat laporannya dalam MSWord yang kemudian dikirim
ke pendidik dan teman lainnya melalui e-mail.
b) Case-based learning memiliki
karakteristik di mana peserta didik diberikan suatu permasalahan terstruktur
untuk dipecahkan. Dengan case-based learning solusi pemecahan masalahnya sudah
tertentu karena skenario sudah dibuat dengan jelas.
c) Problem-based
learning memiliki kemungkinan solusi pemecahan masalahnya
akan berbeda. Misal, dua orang peserta didik diberikan satu permasalahan dengan
pendekatanproblem-based learning. Maka solusi yang diberikan oleh peserta
didik yang satu dengan peserta didik yang lain mungkin berbeda.
d) Simulation-based
learning memiliki
karakteristik dimana peserta didik diminta untuk mengalami suatu peristiwa yang
sedang dipelajarinya. Sebagai contoh, peserta didik diharapkan dapat membedakan
perubahan percampuran warna-warna dasar. Maka, melalui suatu software tertentu
(misal virtual lab) peserta didik dapat melakukan berbagai
percampuran warna dan melihat perubahan-perubahannya. Dan ia dapat mencatat
laporannya dalam bentuk tabel dengan menggunakan MSExcell atau MSWord. Atau
kalau perlu mempresentasikan hasilnya dengan menggunakan MSPowerpoint.
e) Colaborative-based learning memiliki karakteristik
dimana peserta didik dibagi kedalam beberapa kelompok, melakukan tugas yang
berbeda untuk menghasilkan satu tujuan yang sama. Sebagai contoh, untuk
mencapai tujuan pembelajaran dimana peserta didik dapat membedakan beberapa
teori penciptaan alam semesta, peserta didik dibagi ke dalam tiga kelompok.
Masing-masing kelompok ditugas kan mencari satu teori penciptaan alam
semesta. Kemudian ketiga kelompok tersebut berkumpul kembali untuk
mendiskusikan perbedaan teori tersebut dari berbagai segi dan membuat
laporannya secara kolektif. Salah seorang peserta didik dapat ditunjuk untuk
menyajikan hasilnya.
Sementara itu bentuk-bentuk pemanfaatan komputer oleh
peserta didik dalam pembelajaran antara lain:
- Membuat
naskah draft dan akhir laporan percobaan,
- Mengarang
cerita dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris,
- Membuat
Powerpoint hasil diskusi,
- Memberi
ilustrasi pada karangan,
- Membuat
iklan yang disertai dengan gambarnya dalam Bahasa Inggris atau Bahasa
Indonesia,
- Mencari
sumber informasi dari internet, mengevaluasi, mengolah, dan
mempublikasikan,
- Mencari
berita (straight news) atau ulasan suatu isu dari berbagai laman
dan meneliti perbedaan dan persamaan sudut pandang,
- Membuat
blog dan menuliskan pendapat pribadi tentang berbagai isu,
- Memanfaatkan facebook untuk
berinteraksi antar teman mempraktikan Penggunaan bahasa indonesia formal
dan informal,
- Berkirim surat secara
elektronik (e-mail) pada guru untuk praktik menulis surat resmi,
- Memanfaatkan facebook untuk
berinteraksi dengan kawan pena internasional / nasional menggunakan Bahasa
Inggris sederhana,
- Membuat surat elektronik
pada guru atau teman untuk praktik berkirim atau membuat surat atau
pengumuman dengan menggunakan Bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia,
- Membuat
teka teki Matematika atau soal bercerita dan diupload untuk mengajak
teman-teman mencari jawabannya,
- Membuat
grafik yang menunjukkan macam-macam hobi teman sekelas,
- Mencari
dan mengolah informasi tentang keunggulan suatu daerah di Indonesia dan
membuat brosur untuk mempromosikan daerah tersebut,
- Dan
lain-lain.
Sedangkan dalam aspek hubungan antara pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran dengan modus belajar,
yang dikembangkan Horton (2000) yaitu:
- Mendengarkan;
Presentasi, video/audio conference.
- Membaca;
Browsing Internet, buku on-line, perpustakaan digital.
- Memperhatikan;
Presentasi, menonton film.
- Mencari
saran; Mailing list, e-mail, chatting, video/audio conference, on-line
mentoring.
- Menyimak;
diskusi on-line
- Menerima
kritik; Diskusi on-line, video/audio conference, mailing list, on-line
mentoring.
- Memodelkan;
Simulasi, game on-line, kegiatan role-playing on-line.
- Eksplorasi;
Eksperimen virtual, simulasi.
- Mendiskusikan
ide; Mailing list, video/audio conference, chatting, diskusi on-line.
- Mempraktekkan;
Eksperimen virtual, test on-line, game pembelajaran, editing.
- Meneliti;
Tutorial on-line, perpustakaan digital.
Pada akhirnya, komputer menawarkan fleksibilitas,
kreativitas, efektivitas, efisiensi, dan interaksi serta perpustakaan yang tak
dibatasi dinding. Dalam pelajaran mengarang, misalnya, kegiatan merevisi dan
mengedit draft karangan bisa dilakukan dengan mudah karena draft menjadi barang
yang mudah diubah. Kemudahan itu akan memberi ruang tanpa batas bagi
kreativitas siswa dalam menyusun alur cerita, menata kalimat, memilih kata yang
paling tepat seperti yang dia inginkan.
Komputer juga memungkinkan kerja kreatif tersebut
dilakukan dengan jauh lebih cepat (efisien) dibandingkan kalau hal tersebut
dilakukan tanpa menggunakan komputer. Jika guru juga memanfaatkan internet,
maka siswa bisa memanfaatkan komputer sebagai sarana mendapatkan informasi dan
berinteraksi dengan orang lain untuk hal-hal yang bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar